Selasa, 11 November 2014

Meiliana Stansyah Final Projeck KBK Penulisan Ilmiah

Gangguan Makan Pada Remaja Putri
     Menurut King (2007/2010) gangguan makan merupakan suatu hal yang terus menjadi perhatian, namun banyak orang melakukan hal yang tidak seharusnya dilakukan. Motivasi untuk menjadi kurus dapat menjadi sangat kuat sehingga beberapa individu melakukan diet bahkan ketika badan mereka lemah dan membutuhkan makanan.
     Menurut Nevid, Rathus, dan Greene (2003/2005) gangguan makan memiliki karakteristik pola makan yang terganggu dan cara yang maladaptif dalam mengontrol berat badan. Beberapa orang yang secara sengaja membuat diri sendiri lapar, mereka terobsesi dengan berat badan dan bermaksud mencapai citra tubuh yang terlalu kurus. Ada juga yang memiliki siklus di mana mereka makan banyak dan kemudian berkeinginan untuk menghilangkan kelebihan makan dengan cara memuntahkannya.
     Menurut Setiawan (2004) pada umumnya penderita gangguan makan memiliki kepercayaan diri yang rendah, perasaan tidak berdaya, dan perasaan tidak sebanding dengan orang lain. Mereka menggunakan makanan dan diet sebagai cara untuk mengatasi masalah-masalah dalam hidup mereka. Banyak dari mereka yang berpikir bahwa makanan adalah sumber kenyamanan, sementara penurunan berat badan dianggap sebagai cara agar diterima oleh masyarakat.
     Jadi dapat disimpulkan bahwa gangguan makan adalah motivasi untuk mendapatkan bentuk badan yang diinginkan dengan menggunakan cara yang salah.


Jenis-jenis Gangguan Makan
     Terdapat dua jenis gangguan dalam pola makan yang dihubungkan dengan penekanan berlebihan pada kondisi ideal pada remaja putri yaitu (a) anoreksia nervosa, (b) bulimia nervosa (Harrison & Hefner; Stice et al., dikutip dalam King, 2007/2010).
     Anoreksia nervosa. Anoreksia memiliki arti tidak memiliki hasrat untuk makan, yang sesungguhnya keliru karena kehilangan nafsu makan di antara penderita anoreksia jarang terjadi. Mereka melaparkan diri hingga mencapai suatu titik yang membahayakan. Meskipun berkurangnya berat badan merupakan tanda yang paling nyata, karakteristik klinis yang paling utama adalah ketakutan yang besar akan obesitas. Remaja putri yang anoreksia biasanya mencoba diet yang ekstrem serta sering kali melakukan latihan fisik secara berlebihan (Nevid, Rathus, & Greene, 2003/2005). Remaja putri dengan gangguan makan seringkali melihat diri mereka lebih berat dibandingkan dengan remaja normal lain dengan berat badan yang sama (Horne, Van Vactor, & Emerson, dikutip dalam Nevid, Rathus, & Greene, 2003/2005).
     Bulimia nervosa. Gangguan makan yang memiliki karakteristik berulang dengan menelan makanan dalam jumlah besar, diikuti dengan cara yang salah untuk mencegah penambahan berat badan. Hal ini melibatkan mengeluarkan makanan dengan memuntahkannya, menggunakan obat diuretik, ataupun berpuasa untuk menjalankan latihan fisik yang berlebihan (Nevid, Rathus, & Greene, 2003/2005). Rata-rata terjadinya bulimia adalah ketika tekanan tentang diet dan ketidakpuasan akan bentuk tubuh berada pada puncaknya. Bulimia nervosa biasanya mempengaruhi wanita kulit putih (non Hispanik) pada tahap remaja akhir atau dewasa awal (APA, dikutip dalam Nevid, Rathus, & Greene, 2003/2005).

Penyebab Gangguan Makan
     Faktor sosiokultural. Menurut Stice (dikutip dalam Nevid, Rathus, dan Greene, 2003/2005) tekanan untuk mencapai standar kurus yang tidak realistis, dikombinasi dengan pentingnya faktor penampilan sehubungan dengan peran wanita di masyarakat. Hal ini dapat menyebabkan khususnya remaja putri menjadi tidak puas dengan tubuhnya sendiri.
     Faktor psikososial. Menurut Lowe, Golaves, & Murphy-Eberenz (dikutip dalam Nevid, Rathus, dan Greene, 2003/2005) remaja putri yang menderita bulimia menjadi sangat peduli tentang kemungkinan bertambahnya berat badan sehingga berusaha untuk muntah setiap kali sesudah makan. Memuntahkan makanan diperkuat secara negatif karena menghasilkan perasaan lega dari kecemasan akan bertambahnya berat badan.
     Faktor keluarga. Menurut Fairburn et al.; Wonderlich et al. (dikutip dalam Nevid, Rathus, dan Greene, 2003/2005) gangguan makan sering kali berkembang dari adanya konflik dalam keluarga. Beberapa remaja menggunakan penolakan untuk makan sebagai cara untuk menghukum orangtua mereka karena perasaan kesepian yang dirasakan di rumah.
     Faktor biologis. Menurut Goode (dikutip dalam Nevid, Rathus, dan Greene, 2003/2005) diduga bahwa terdapat ketidaknormalan dalam mekanisme yang mengatur rasa lapar dan kenyang pada penderita bulimia, kemungkinan berkaitan dengan kadar serotonin otak. Menurut Levitan et al. (dikutip dalam Nevid, Rathus, dan Greene, 2003/2005) rendahnya serotonin dapat menyebabkan munculnya episode makan berlebihan, terutama karbohidrat.

Dampak Psikologis Akibat Gangguan Makan
     Beberapa dampak psikologis pada anoreksia nervosa antara lain (a) mengembangkan citra individual mengenai gambaran tubuh mereka, (b) mendeteksi sesuatu yang berbeda atas perubahan tubuh mereka (Santrock, dikutip dalam Puspitasari, (n.d.). Sedangkan beberapa dampak psikologis pada bulimia nervosa antara lain (a) kekhawatiran berlebihan terhadap penampilan, (b) kepercayaan diri yang rendah, (c) meningkatnya kadar kecemasan ketika makan (Nurfitriana, n.d.).
Komplikasi Medis Akibat Gangguan Makan
     Komplikasi medis anoreksia nervosa. Pasien dengan anoreksia nervosa rentan terhadap kematian mendadak apabila kehilangan berat badan mencapai 35 persen di bawah berat badan ideal. Komplikasi utama dapat berupa (a) aspirasi, (b) ruptur lambung, (c) hipokalemi dengan aritmia jantung, (d) pankreatitis, (e) kardiomiopati karena ipekak (Isselbacher et al., 1994/1995).
     Komplikasi medis bulimia nervosa. Kemungkinan komplikasi medis pada penderita bulimia nervosa adalah (a) erosi enamel gigi, (b) haid tidak teratur, (c) ketergantungan pada obat pencahar, (d) ruptur lambung, (e) pankreatitis kronik (Graber, Toth, & Herting, 2006).

Penanganan Gangguan Makan
     Terapi kognitif-behavioral. Terapi ini berguna dalam membantu penderita bulimia mengatasi pikiran dan keyakinan yang self-defeating seperti pemikiran yang perfeksionis mengenai diet dan berat badan (Nevid, Rathus, & Greene, 2003/2005).
     Terapi interpersonal. Terapi ini menekankan pada penyelesaian masalah interpersonal dengan keyakinan bahwa fungsi interpersonal yang semakin efektif akan menghasilkan sikap makan yang lebih sehat (Agras et at., dikutip dalam Nevid, Rathus, & Greene, 2003/2005).
     Gangguan makan dapat menjadi masalah yang berkelanjutan dan tidak mudah dihilangkan, terutama ketika ketakutan yang berlebihan akan berat badan dan citra tubuh (Nevid, Rathus, & Greene, 2003/2005). Menurut studi yang dilakukan Keel et al. (dikutip dalam Nevid, Rathus, dan Greene, 2003/2005) bahwa 10 tahun sesudah awal munculnya bulimia, sekitar 30 persen wanita tetap menunjukkan perilaku makan berlebihan dan mengeluarkannya. Hal ini berarti kesembuhan terhadap gangguan makan sangat sulit untuk dilakukan dan membutuhkan waktu yang lama, dan perilaku tersebut dapat muncul kembali.
Simpulan
     Dari penjelasan yang telah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa anoreksia nervosa dan bulimia nervosa adalah dua pola gangguan makan pada kebanyakan remaja putri. Penyimpangan gangguan makan ini banyak dilakukan dengan tujuan mendapatkan bentuk tubuh ideal yang diinginkan oleh penderita tanpa menyadari konsekuensi yang mungkin terjadi. Dan dari ke-2 gangguan makan yang telah dipaparkan dapat dikatakan ke-2 nya sama-sama berbahaya bagi kesehatan. Maka sangat dianjurkan bagi remaja yang ingin menurunkan berat badan agar konsultasi terlebih dahulu kepada dokter gizi agar dapat menjalani diet sehat.

DAFTAR PUSTAKA

Isselbacher, Braunwald, Wilson, Martin, Fauci, & Kasper. (1999). Harrison: Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam [electronic version]. Dalam A. H. Asdie (Ed.). Diunduh dari http://books.google.co.id/books?id=vpN4ksOeDroC&pg=PA508&lpg=PA508&dq=penanganan+medis+bulimia&source=bl&ots=eEaQCaj_Ef&sig=NKjroDVsWgxBu_RzFdRtRGWIU-w&hl=en&sa=X&ei=1gZcVMjJA8S8uATasYDQCg&redir_esc=y#v=onepage&q=penanganan%20medis%20bulimia&f=false
King, L. A. (2010). Psikologi umum: Sebuah pandangan apresiatif (B. Marwensdy, Penerj.). Jakarta: Salemba Humanika. (karya asli diterbitkan tahun 2007)
Nevid, J. S., Rathus, S. A., & Greene, B. (2005). Psikologi abnormal. (Tim Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Penerj.) (R. Medya, W. C. Kristiaji, Ed.). Jakarta: Penerbit Erlangga.
Nurfitriana, N. (n.d.). Bulimia. Diunduh dari https://psikologiabnormal.wikispaces.com/Bulimia
Puspitasari, K. (2007). Faktor-faktor penyebab anoreksia nervosa pada remaja putri. (Skripsi tidak diterbitkan). Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang.

Setiawan, E. (2004). Penyimpangan pola makan. Majalah Komunikasi Maranatha. 12(10). Diunduh dari http://majour.maranatha.edu/index.php/Jurnal-MKM/article/view/779

Tidak ada komentar:

Posting Komentar