Jumat, 26 September 2014

Hari ke-8 blok Filsafat (sesi 2), 26-9-2014

Pertemuan ke-8 sesi 2      (Pak Bonar)

KEBEBASAN
Jiwa dan kebebasan
~ eksistensi jiwa dalam tubuh memampukan manusia untuk menghadirkan diri secara total di dunia
~ dalam fungsi menentukan perbuatan, jiwa berhubungan dengan kehendak bebas
~ kebebasan itu mendasar bagi manusia dan merupakan penting humanisme

Pandangan Determinisme

  • Aliran yang menolak kebebasan sebagai kenyataan hidup bagi manusia. Setiap peristiwa, termasuk tindakan dan keputusan manusia disebabkan oleh peristiwa lainnya.
  • Seluruh kegiatan manusia di dunia berjalan menurut keharusan yang bersifat deterministik
    1. Determinisme fisik-biologis
    2. Determinisme psikologis
    3. Determinisme sosial
    4. Determinisme teologis


Kebebasan sebagai eksistensi manusia
~ Kelemahan determinisme
   - menyangkal sifat multidimensional dan paradoks manusia
   - menyangkal bahwa manusia selalu melakukan evaluasi dan penilaian terhadap tindakannya
   - meniadakan adanya tanggung jawab

Kebebasan sebagai bagian eksistensi manusia, argumennya:
=> manusia hidup dalam "kemungkinan dapat"/ pilihan berbeda bobot
=> adanya tanggung jawab
=> makna perbuatan moral ada pada kebebasan

Arti Kebebasan
(umum) = kebebasan negatif/ tidak ada hambatan. Tapi ini bukan kebebasan eksistensional
(khusus) = - penyempurnaan diri
                  - kesangupan memilih dan memutuskan
                  - kemampuan mengungkap berbagai dimensi kemanusiaan


Jenis-Jenis Kebebasan

  • Kebebasan horizontal: berkaitan dengan kesenangan dan kesukaan, bersifat spontan, semata pertimbangan intelektual
  • Kebebasan vertikal: pilihan moral, pertimbangan tujuan, tingkatan nilai
  • Kebebasan eksistensial: kebebasan positif, lambang martabat manusia
  • Kebebasan sosial: terkait dengan orang lain
  • Nilai humanistik dalam kebebasan eksistensial


Kebebasan sosial dibatasi dalam hal fisik, psikis, normatif. Ada 4 alasan

  1. Menyatakan pengertian
  2. Memberi ruang bagi kebebasan intelektual
  3. Menjamin pelaksanaan keadilan bagi masyarakat
  4. Terkait dengan hakikat manusia


SEJARAH PERKEMBANGAN MASALAH KEBEBASAN

  • Masalah yang sudah sangat lama dan memiliki sejarah panjang
  • Filsafat Yunani tidak memberikan jawaban yang memuaskan, karena
    1. adanya pandangan bahwa semua hal berada di bawah "nasib", "kehendak mutlak" yang mengatasi manusia menentukan tindakan.
    2. menurut pemikiran Yunani, manusia adalah bagian alam maka harus mengikuti hukum umum yang mengaturnya.
    3. manusia terpengaruh oleh sejarah yang bergerak secara siklis
  • Zaman abad pertengahan, masalah kebebasan dilihat dalam perspektif teosentrik
  • Zaman modern, perspektif teosentrik digantikan oleh perspektif antroposentrik
  • Era kontemporer, kebebasan dipermasalahkan dari sudut pandang sosial
  • Kebebasan dalam pikiran Timur cenderung dilihat sebagai pembebasan dari kendala keinginan egosentrik dan dari kecemasan untuk mencapai kesatuan dan pengendalian diri

Sumber: PPT Pak Bonar



Hari ke-8 blok Filsafat (sesi 1), 26-9-2014

Pertemuan ke-8 sesi 1    (Pak ROT)

MANUSIA DAN AFEKTIVITASNYA
Kekayaan dan kompleksitas afektivitas manusia

  • Afektivitaslah yang membuat manusia "berada" di dunia, berpartisipasi dengan orang lain. Afektivitas mendorong orang untuk mencintai, mengabdi, dan menjadi kreatif.
  • Seluruh kehidupan afektif berputar pada dua kutub yang bertentangan satu sama lain dan mengarah pada objek karena menyukainya, atau berpaling darinya karena mengganggap buruk. 
  • Cinta = buah afektivitas positif, benci = buah afektivitas negatif.
  • Kehidupan afektif memperlihatkan macam-macam cara yang berbeda-beda menurut bagaimana subyek menguasai obyek. Keadaan afektif yang berbeda-beda ini disebut "hasrat jiwa"


Yang bukan perbuatan afektif
~ Cinta membuktikan diri dalam perbuatan. Cinta mendahului perbuatan.
~ Kerap afektivitas itu disamakan dengan kesanggupan merasa, padahal kehidupan afektif bukan
   hanya menyangkut perasaan saja, tapi juga menyangkut hal yang spiritual.

Yang merupakan perbuatan afektif
~ Hidup afektif = seluruh perbuatan afektif yang dilakukan subyek sehingga subyek ditarik oleh
   obyek atau sebaliknya.
~ Perbuatan afektif sedikit mirip dengan "perbuatan mengenal" karena dianggap perbuatan vital.

Kondisi afektivitas manusia
- Agar ada afektivitas perlu suatu ikatan kesamaan antara subyek dan obyek perbuatan afektivitasnya
- Kesenangan = perasaan yang dialami subyek bila dihinggapi oleh keadaan berada lebih baik

Catatan tentang cinta akan diri, sesama, dan Tuhan

  1. Orang sering mengganggap cinta diri sendiri adalah egoisme, padahal cinta akan diri sendiri dapat ditemukan pada orang yang sanggup mencintai orang lain dengan sungguh-sungguh.
  2. Egoisme menolak setiap perhatian otentik pada orang lain.


Sumber: PPT Pak ROT

Kamis, 25 September 2014

Hari ke-7 blok Filsafat (sesi 2), 25-9-2014

Pertemuan ke-7 sesi 2     (Pak ROT)


FILSAFAT MANUSIA = JIWA DAN BADAN
Badan dan jiwa --> satu kesatuan yang membentuk pribadi manusia. Kesatuan ke-2 nya membentuk
                               keutuhan pribadi manusia.
Pembahasan = ~ 2 aliran yang melihat badan dan jiwa secara bertolak belakang, monoisme dan
                           dualisme
                        ~ tanggapan terhadap ke-2 aliran
                        ~ pengertian dan hakekat badan dan jiwa

Monoisme

  • Aliran yang menolak pandangan bahwa badan dan jiwa merupakan dua unsur yang terpisah. Badan dan jiwa adalah satu substansi. Ke-2 nya membentuk pribadi manusia.
  • 3 bentuk aliran:
    1. Materialisme = menempatkan materi sebagai dasar dari segala hal yang ada (fisikalisme) eksistensi jiwa bersifat kronologis (hasil hubungan sebab-akibat). Reduksi humanitas pada dimensi fisik punya implikasi negatif pada penilaian atas aktivitas mental.
    2. Teori identitas = menekankan hal berbeda dari materialisme, tapi mengakui aktivitas mental manusia. Letak perbedaan jiwa dan badan hanya pada arti bukan referensi. Badan dan jiwa merupakan 2 elemen yang sama.
    3. Idealisme = ada hal yang tidak dapat diterangkan semata berdasarkan materi, seperti pengalaman, nilai, makna. Rene Descartes dengan cogito ergo sum nya menjadi peletak dasar bagi idealisme.


Dualisme

  • Badan dan jiwa adalah 2 elemen yang berbeda dan terpisah. Perbedaannya ada dalam pengertian dan objek.
  • Ada 4 cabang:
    1. Interaksionisme = fokus pada hubungan timbal balik antara badan dan jiwa. Peristiwa mental bisa menyebabkan peristiwa badani dan sebaliknya.
    2. Okkasionalisme = memasukkan dimensi ilahi dalam membicarakan hubungan badan dan jiwa. Hubungan peristiwa mental dan fisik bisa terjadi dengan campur tangan ilahi.
    3. Paralelisme = sistem kejadian ragawi terdapat di alam, sedangkan sistem kejadian kejiwaan ada pada jiwa manusia. Dalam diri manusia ada 2 peristiwa yang berjalan seiring waktu yaitu peristiwa mental dan fisik, namun tidak jadi sumber bagi lainnya.
    4. Epifenomenalisme = melihat hubungan jiwa dan badan dari fungsi syaraf.


Badan Manusia
Badan --> elemen mendasar dalam membentuk pribadi manusia
pendangan tradisional, badan adalah kumpulan berbagai entitas material yang membentuk makhluk, mekanisme gerakan badan bersifat mekanistik.

Jiwa Manusia
Badan manusia tidak memiliki apa-apa tanpa jiwa. Tidak ada keakuan bila dilepaskan dari jiwa. Dalam pandangan tradisional, jiwa adalah makhluk halus, tidak bisa ditangkap indera. Jiwa harus dipahami sebagai kompleksitas kegiatan mental manusia. Jiwa menyadarkan manusia siapa dirinya.

James P. Pratt menunjuk ada 4 kemampuan dasar jiwa manusia:

  • Menghasilkan kualitas penginderaan
  • Mampu menghasilkan makna yang berasal dari penginderaan khusus
  • Mampu memberi tanggapan terhadap hasil penginderaan
  • Memberi tanggapan pada proses yang terjadi dalam pikiran demi kebaikan


Agustinus => manusia hanya bisa melakukan penilaian terhadap tindakannya karena dorongan dari
                       jiwa. Jiwa mendorong manusia untuk melakukan hukum-hukum moral yang diketahui.

KESIMPULAN
Realitas manusiawi - realitas prinsipal terbentuk dari 2 elemen, yaitu material dan spiritual. Badan dan jiwa adalah satu kesatuan yang membentuk eksistensi manusia. Jiwa tidak bisa berfungsi baik kalau tidak ada badan.  Badan manusia bukan mekanistik, tapi dinamika dari jiwa itu sendiri.


Sumber: PPT Pak ROT

Hari ke-6 blok Filsafat (sesi 2), 23-9-2014

Pertemuan ke-6  sesi 2     (Pak Bonar)


FILSAFAT MANUSIA

Filsafat manusia
~ Bagian filsafat yang mengupas apa arti manusia/ menyoroti hakikat/ esensi manusia
~ Memikirkan tentang asal usul manusia, hakikat hidup manusia, dan realitas eksistensi manusia
~ Maka filsafat manusia mempertanyakan krusial tentang dirinya sendiri dan secara bertahap
   memberi jawaban bagi diri sendiri

Istilah terkait filsafat manusia (1879 -> psikologi)
dulu : psikologi filosofis, psikologi rasional
sekarang : filsafat manusia, antropologi filosofis

Perlunya mempelajari filsafat manusia
- manusia adalah makhluk yang mampu dan wajib menyelidiki arti yang dalam dari "yang ada".
- manusia bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.

Metode Filsafat Manusia

  • Refleksi
  • Analisa
  • Transendental
  • Sintesa
  • Ekstensif
  • Intinsif
  • Kritis


Objek Filsafat Manusia
~ objek material : manusia
~ objek formal : esensi manusia, strukturnya yang fundamental

=> Max Scheler dan Heidegger, mengatakan bahwa tidak ada zaman, seperti zaman sekarang, di
     mana manusia menjadi pertanyaan bagi dirinya sendiri/ menjadi problematika bagi dirinya.

=> A. Hescel tentang filsafat manusia dalam "Who is man?" Stanford University Press 1965
     Filsafat mempunyai perhatian terhadap manusia dalam totalitasnya, bukan dalam aspek ini/ itu.


Sumber: PPT Pak Bonar

Hari ke-5 dan ke-6 blok Filsafat , 22-9-2014 dan 23-9-2014 -ralat-

Pertemuan ke-5 dan ke-6    (Romo Carolus)

ETIKA DAN MORAL

Pengertian Etika
Secara etimologis, etika berasal dari kata Yunani: Ethos=watak. Sedangkan moral berasal dari kata Latin: Mos (tunggal), moris (jamak)=kebiasaan. Jadi, etika atau moral dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai kesusilaan.
Objek Material dari etika adalah tingkah laku atau perbuatan manusia.
Objek Formal dari etika adalah kebaikan dan keburukan atau bermoral atau tidak bermoral dari tingkah laku tersebut.

Etika menurut Bertens

  1. Nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
  2. Kumpulan asas atau nilai moral 
  3. Ilmu tentang yang baik atau yang buruk
Etika dibedakan menjadi 2, yaitu:
~ Etika perangai = adat istiadat atau kebiasaan yang menggambarkan perangai manusia dalam hidup
   bermasyarakat di daerah-daerah tertentu, pada waktu tertentu pula.
~ Etika moral = berkenaan dengan kebiasaan berperilaku baik dan benar berdasarkan kodrat manusia.

Arti Etika
- Etika sebagai ilmu
- Etika sebagai kode etik
- Etika sebagai sistem nilai

Obyek Material dan Obyek Formal Etika

  • Objek Material: suatu hal yang dijadikan sasaran pemikiran, suatu hal yang diselidiki, atau suatu hal yang dipelajari. Objek material bisa bersifat konkret atau abstrak.
  • Objek Formal: cara memandang atau meninjau yang dilakukan seseorang peneliti terhadap objek materialnya serta prinsip-prinsip yang digunakan.
  • Objek Material Etika: tingkah laku atau perbuatan manusia (perbuatan yang dilakukan secara sadar dan bebas)
  • Objek Formal Etika: kebaikan dan keburukan, bermoral dan tidak bermoral dari tingkah laku tersebut.


Berdasarkan Kajian Ilmu
~ Etika Normatif = mempelajari secara kritis dan metodis norma-norma yang ada. Maka sebagai
   ilmu, etika bersifat kritis dan metodis.
~ Etika Fenomenologis = mempelajari secara kritis dan metodis gejala-gejala moral seperti suara hati,
   kesadaran moral, kebebasan tangung jawab, dsb.

Tujuan Belajar Etika
- Untuk menyamakan persepsi tentang penilaian perbuatan baik dan buruk bagi setiap manusia dalam
  ruang dan waktu tertentu.
- Sebagai ilmu, etika bersifat kritis dan metodis.

Sistematika Etika

  • De Vos (1987)
    1. Etika Deskriptif (sejarah kesusilaan, fenomenologi kesusilaan)
    2. Etika Normatif
  • K. Bertens (1993)
    1. Etika Deskriptif
    2. Etika Normatif (etika umum, etika khsus)
    3. Metaetika
  • Franz Magnis-Suseno (1991)
    1. Etika Umum
    2. Etika Khusus (etika individual, etika sosial)


Etika Deskriptif
~ Dalam etika deskriptif, etika membahas apa yang dipandangnya
~ Etika deskriptif melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas
~ Etika deskriptif mempelajari moralitas yang terdapat pada individu dan kebudayaan atau subkultur
   tertentu dalam suatu periode sejarah

Fenomenologi Kesusilaan
Fenomenologi = fenomenon + logos
fanomenon: sesuatu yang tampak, yang terlihat karena bercahaya (gejala)
logos: uraian, percakapan
Fenomenologi = uraian atau percakapan tentang fenomenon atau sesuatu yang sedang menampakan
                           diri atau sesuatu yang sedang menggejala.
ciri pokok fenomenologi adalah menghindarkan pemberian tanggapan mengenai kebenaran

Etika Normatif
~ Etika normatif tidak berbicara tentang gejala-gejala, tetapi tentang apa yang seharusnya dilakukan.
~ Etika normatif berbicara mengenai pelbagai norma yang menuntun tingkah laku manusia.
~ Etika normatif menentukan benar-tidaknya tingkah laku atau anggapan-anggapan moral.

METAETIKA
Meta (Yunani) = melebihi, malampaui, setelah, di luar, tentang.
Persoalan yang menyangkut metaetika adalah persoalan yang rumit. Pertanyaan tentang hakikat keadilan, hakikat ketidakadilan, bahkan hakikat kebaikan, kerap kali pertanyaan seperti ini tidak bisa dijawab secara memuaskan.

ETIKA UMUM
- Mempertanyakan prinsip-prinsip dasar yang berlaku bagi segenap tindakan manusia
- Berbicara mengenai kondisi dasar, teori etika yang menjadi pegangan bagi manusia dalam bertindak

ETIKA KHUSUS
- Membahas prisip-prinsip moral dasar dan hubungan dengan kewajiban manusia dalam lingkup
  kehidupannya
- Etika khusus bisa juga dikatakan sebagai "etika terapan"
- Etika khsus dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:
     ~ Etika individual, yaitu menyangkut kewajiban dan sifat manusia terhadap dirinya sendiri
     ~ Etika sosial, yaitu brbicara mengenai kewajiban, dan pola perilaku manusia


Etika Profesi --> etika sosial yang menyangkut hubungan antar manusia dalam satu lingkup profesi
                           dan masyarakat pengguna profesi tersebut.
ciri-ciri etika profesi:

  1. Adanya pengetahuan khusus
  2. Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi
  3. Mengabdi pada kepentingan masyarakat
  4. Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi
  5. Menjadi anggota dalam suatu profesi
prinsip-prinsip etika profesi:

  1. Tanggung jawab
  2. Keadilan
  3. Otonomi
tujuan kode etik:

  1. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi
  2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota
  3. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi
  4. Untuk meningkatkan mutu profesi
  5. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi
  6. Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi
  7. Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan erat
  8. Menentukan baku standarnya sendiri
Aliran Dalam Etika

  • Eudemonisme, menekankan bahwa kebaikan tertinggi manusia terletak pada kebahagiaan atau situasi yang secara umum baik.
  • Hedonisme, kebaikan manusia terletak pada kenikmatan dan kesenangan yang menjadi tujuan hidup.
  • Egoisme, kesenangan dan kebaikan diri sendiri menjadi target usaha seseorang dan bukan kebaikan orang lain.
  • Utilitarianisme, bentuk hedonisme yang tergeneralisir. 
  • Deontologisme, etika kewajiban yang didasarkan pada intuisi manusia tentang prinsip moral.
  • Etika situasi, kebenaran suatu tindakan ditentukan dalam situasi konkret individual.

Persoalan-Persoalan Dalam Praktek Etika

  1. Apa yang dimaksud 'baik' atau 'buruk' secara moral
  2. Apa syarat-syarat sesuatu perbuatan dikatakan baik secara moral
  3. Bagaimana hubungan antara kebebasan kehendak dengan perbuatan susila
  4. Apa yang dimaksud kesadaran moral
  5. Bagaimana peranan hati nurani dalam setiap perbuatan manusia
  6. Bagaimana pertimbangan moral berbeda dari dalam bergantung pada suatu pertimbangan yang bukan moral

Sumber: PPT : Romo Carolus

Selasa, 23 September 2014

Hari ke-5 blok Filsafat (sesi 2), 22-9-2014

Pertemuan ke-5 sesi 2   (Pak ROT)

KESESATAN PEMIKIRAN/ FALLACIA
Definisi kesesatan= kesalahan pemikiran dalam logika, bukan karena kesalahan fakta, melainkan
                                kesalahan atas kesimpulan karena penalaran yang tidak sehat.
Kesalahan fakta= contoh: Presiden AS Brack Obama lahir di Indonesia
Kesalahan penalaran= kesalahan dalam menyimpulkan, dibagi menjadi 2, yaitu kesesatan formal, dan
                                    kesesatan informal.

~ Kesesatan formal => pelanggaran terhadap kaidah logika
   contoh: Semua penodong berwajah seram. Semua pengamen berwajah seram. Jadi, semua
                pengamen adalah penodong. (SALAH, karena silogisme tidak boleh ke-2 nya universal).

~ Kesesatan informal => kesesatan dalam bahasa

  • Penempatan kata depan yang keliru
  • Mengacaukan posisi subjek atau predikat
  • Ungkapan yang keliru
  • Amfiboli= sesat karena struktur kalimat bercabang
  • Kesesatan aksen= sesat karena penekanan yang salah dalam pembicaraan
  • Kesesatan bentuk pembicaraan= sesat karena orang menyimpulkan kesamaan konstruksi juga berlaku bagi yang lain
  • Kesesatan aksiden= yang aksidental dikacaukan dengan yang hakiki
  • Kesesatan karena alasan yang salah= konklusi ditarik dari premis yang tidak relevan


Kesesatan Presumsi

  1. Generalisasi tergesa-gesa
  2. Non sequitur (belum tentu)
  3. Analogi palsu
  4. Penalaran melingkar
  5. Deduksi cacat
  6. Pikiran simplistis


Menghindari Persoalan

  • Argumentum ad hominem
  • Argumentum ad populum
  • Argumentum ad misericordia
  • Argumentum ad baculum
  • Argumentum ad auctoritatem
  • Argumentum ad ignorantiam
  • Argumen untuk keuntungan seseorang
  • Non causa pro causa


Kesesatan Retoris

  1. Eufemisme
  2. Penjelasan retorik
  3. Stereotipe
  4. Innuendo
  5. Loading question
  6. Weaseler
  7. Down play
  8. Lelucon
  9. Hiperbola
  10. Pengandaian bukti
  11. Dilema semu

Sumber: PPT Pak ROT

Hari ke- 5 blok Filsafat (sesi 1), 22-9-2014

Pertemuan ke-5 sesi 1   ( Romo Carolus, Pak ROT)

SILOGISME
=> suatu simpulan dimana dari 2 premis disimpulkan satu putusan baru.
=> tentukan simpulan dengan kata-kata: karena itu, maka dari itu, dst.
=> silogisme terdiri dari 3 bagian, yaitu: premis mayor, premis minor, simpulan.
=> ada 2 macam silogisme: silogisme kategoris, dan silogisme hipotetis.

Silogisme Kategoris
--> silogisme yang premis dan simpulannya adalah putusan kategoris.
contoh: M-P  Perbuatan jahat itu haram
             S-M  Menghina itu adalah perbuatan jahat
             S-P   Maka, menghina itu haram


  • Silogisme Kategoris Tunggal --> mempunyai 2 premis, terdiri dari 3 term: S, P, M
    • Bentuk-bentuk silogisme kategoris tunggal
      1. M adalah S dalam premis mayor dan P dalam premis minor. Aturan: premis minor harus sebagai penegasan, sedangkan premis mayor bersifat umum.
      2. M menjadi P dalam premis mayor dan minor. Aturan: salah satu premis harus negatif, premis mayor bersifat umum.
      3. M menjadi S dalam premis mayor dan minor. Aturan: premis minor harus berupa penegasan dan simpulannya bersifat partikular.
      4. M adalah P dalam premis mayor dan S dalam premis minor. Aturan: premis minor harus berupa penegasan, sedangkan simpulan bersifat partikular.



  • Silogisme Kategoris Majemuk --> bentuk silogisme yang premis-premisnya sangat lengkap
    • Jenis-jenis silogisme kategoris majemuk
      1. Epicherema: silogisme yang salah satu/ kedua premisnya disertai alasan.
      2. Enthymema: silogisme yang dalam penalarannya tidak mengemukakan semua premis secara eksplisit. Salah satu premis/ simpulannya dilampaui, disebut juga silogisme yang disingkat. 
      3. Polisilogisme: deretan silogisme dimana simpulan silogisme yang satu menjadi premis untuk silogisme yang lainnya.
      4. Sorites: silogisme yang premisnya lebih dari dua. Putusan-putusan itu dihubungkan satu sama lain sedemikian, sehingga predikat dari putusan yang satu jadi subjek putusan berikutnya.



Sumber: PPT Pak ROT

Hari ke-4 blok Filsafat (sesi 4), 19-9-2014

Pertemuan ke-4 sesi 4   (Romo Carolus)

LOGIKA INDUKTIF & DEDUKTIF

Apa itu logika/ penalaran induktif?

  • Logika/ penalaran induktif= cara kerja ilmu pengetahuan yang bertolak dari sejumlah proporsi tunggal/ partikular tertentu untuk menarik kesimpulan umum tertentu.
  • Kesimpulan= generalisasi fakta yang memperlihatkan kesamaan.
  • Persamaan penalaran induktif dengan deduktif= argumentasi ke-2 nya terdiri dari premis-premis yang mendukung kesimpulan.
  • Perbedaan: penalaran induksi yang tepat akan punya premis-premis benar tepi kesimpulan salah, karena argumentasi penalaran induktif tidak membuktikan kesimpulan benar.
  • Maka, argumentasi dalam penalaran induksi tidak dinilai sebagai sahih/ tidak sahih, tapi berdasarkan probabilitas.
Cara Penalaran Induktif
  • Proses induksi mulai berdasar kejadian-kejadian, gejala partikular
  • Tiga ciri penalaran induktif
    1. Premis penal induktif = proposisi empiris yang ditangkap indera
    2. Kesimpulan dalam penalaran induksi lebih luas daripada apa yang dinyatakan dalam premis
    3. Meski kesimpulan tidak mengikat, tapi manusia menerimanya

Generalisasi Induktif
--> Proses penalaran berdasarkan pengamatan atas gejala dengan sifat tertentu untuk menarik
      kesimpulan tentang semua.
--> Prinsip: apa yang terjadi beberapa kali dalam kondisi tertentu yang diharapkan akan selalu terjadi
      bila kondisi yang sama terpenuhi.
--> 3 syarat membuat generalisasi: ~ tidak terbatas secara numerik, tidak boleh terikat pada jumlah
                                                           tertentu
                                                        ~ tidak terbatas secara spasio temporal, harus berlaku di mana saja
                                                        ~ dapat dijadikan dasar pengandaian

Analogi induktif
  • Analogi = bicara tentang 2 hal yang berbeda dan dibandingkan. 2 hal perlu diperhatikan persamaan dan perbedaannya.
  • Analogi induktif - proses penalaran untuk menarik kesimpulan tentang kebenaran suatu gejala khusus berdasarkan kebenaran gejala khusus lain yang punya esensial yang sama.
  • Kesimpulan analogi induktif tidak bersifat universal tapi khusus.

Deduktif
- Deduksi sebaliknya juga merupakan suatu proses tertentu, dalam proses itu akal budi kita
  menyimpulkan pengetahuan yang lebih "khusus" dari pengetahuan yang lebih "umum".
- Deduksi selalu di jiwai oleh induksi.
- Dalam logika biasanya deduksi yang terutama dibicarakan lebih dahulu. Deduksi di pandang lebih 
  penting untuk latihan dan perkembangan pikiran .

Faktor Probabilitas
Probabilitas = keadaan pengetahuan antara kepastian dan kemungkinan.
Tinggi rendahnya probabilitas konklusi induktif dipengaruhi oleh:
  1. Faktor fakta: makin besar jumlah fakta yang dijadikan dasar penalaran induktif, akan makin tinggi probabilitas konklusi, dan sebaliknya.
  2. Faktor analogi: semakin besar jumlah faktor analogi dalam premis, makin rendah probabilitas konklusi, dan sebaliknya.
  3. Faktor disanalogi: makin besar faktor disanalogi di dalam premis, akan makin tinggi probabilitas konklusi, dan sebaliknya.
  4. Faktor luas konklusi: semakin luas konklusi, semakin rendah probabilitas, dan sebaliknya.
Kesesatan generalisasi/analogi
Kesesatan penalaran induktif yang terpenting adalah
  • Tergesa-gesa: cepat menarik kesimpulan dari beberapa fakta
  • Faktor ceroboh: cepat menarik kesimpulan tanpa memperhatikan kondisi lingkungan
  • Prasangka: memberi penilaian tanpa melihat fakta lain yang tidak cocok
Hubungan Sebab-Akibat
~ Prinsip umum: suatu peristiwa disebabkan oleh sesuatu. Terkandung makna bahwa suatu sebab 
   mendahului akibat. Tapi tidak semua yang mendahului sesuatu menjadi sebab bagi yang lain.
~ Hubungan sebab akibat: hubungan yang intrinsik, artinya bahwa hubungan sedemikian rupa
   sehingga kalau yang satu tidak ada, maka yang lain juga tidak ada.
~ 3 pola sebab akibat: dari sebab ke akibat, dari akibat ke sebab, dan dari akibat ke akibat.

Manfaat belajar penalaran induksi
  • B. Russel: logika induktif bukan hanya lebih bermanfaat dari logika deduktif, tapi juga lebih sulit.
  • Memberikan pembenaran atas kecenderungan manusia yang bersandar pada kebiasaan.
  • Dapat menekan kemungkinan kesalahan.

Sumber: PPT Romo Carolus




Minggu, 21 September 2014

Hari ke-4 blok Filsafat (sesi 3), 19-9-2014

Pertemuan ke-4 sesi 3   (Pak MAW dan Romo Carolus) -Logika dan Critical Thinking-

LOGIKA

Logika (bahasa Yunani, logikos: sesuatu yang diungkapkan lewat bahasa)
--> cabang filsafat yang mempelajari, menyusun, membahas aturan formal serta kriteria yang sahih
      bagi penalaran dan penyimpulan untuk mencapai kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan
      secara rasional.
--> logika juga merupakan ilmu pengetahuan dalam arti ini. Lapangan ilmu pengetahuan ini ialah
      azas-azas yang menentukan pikiran yang lurus, tepat, dan sehat. Logika menyelidiki,
      merumuskan serta menerapkan hukum-hukum yang harus ditepati.
--> logika bukanlah teori belaka. Logika juga merupakan suatu keterampilan untuk menerapkan
      hukum-hukum pemikiran dalam praktek.
--> pertama kali digunakan istilah tersebut oleh Zeno dari Citium (334-262 SM).

Obyek Logika

  • Objek material: logika adalah manusia itu sendiri.
  • Objek formal: logika adalah kegiatan akal budi untuk melakukan penalaran yang tepat melalui ungkapan pikiran melalui bahasa.
Manfaat Belajar Logika

  1. Membantu setiap orang untuk mampu berpikir kritis, rasional, metodis
  2. Kemampuan meningkatkan kemampuan bernalar secara abstrak
  3. Mampu berdiri lebih tajam dan mandiri
  4. Menambah kecerdasan berpikir, sehingga bisa menghindari kesesatan dan kekeliruan dalam menarik kesimpulan
Macam-Macal Logika

  • Logika kodrati: suatu suasana saat akal budi bekerja menurut hukum logika secara spontan.
  • Logika ilmiah: berusaha mempertajam akal budi manusia agar dapat bekerja lebih teliti atau tepat.


LOGIKA FORMAL = Logika yang berbicara tentang kebenaran bentuk
LOGIKA MATERIAL = Logika yangg membahas tentang kebenaran isi


Sabtu, 20 September 2014

Hari ke-4 blok Filsafat (sesi 2), 19-9-2014

Pertemuan ke-4 sesi 2   (Pak MAW)

Konfirmasi, Inferensi, dan Konstruksi Teori

Konfirmasi (bahasa Inggris --> Confirmation (penegasan, memperkuat)).
- Berhubungan dengan filsafat ilmu, maka fungsi ilmu pengetahuan adalah menjelaskan, menegaskan,
  memperkuat apa yang didapatkan dari fakta. Sifatnya lebih interpretatif.
- Konfirmasi berupaya mencari hubungan yang normatif antara hipotesis (kesimpulan sementara)
  yang sudah diambil dengan fakta-fakta (evidensi).
- Ada 2 aspek konfirmasi= kuantitatif dan kualitatif

Konfirmasi Kuantitatif misalnya membuat penelitian dengan mengumpulkan sebanyak mungkin  
   sample, yang akhirnya membuat suatu kesimpulan yang bersifat umum (generalisasi).
~ Konfirmasi Kualitatif misalnya dalam penelitian yang menjalankan model wawancara mendalam
   (depth interview)

3 Jenis Konfirmasi

  • Decision Theory: kepastian berdasarkan keputusan 'apakah hubungan antara hipotesis dengan fakta punya manfaat aktual'?
  • Estimation Theory: menetapkan kepastian dengan memberi peluang benar-salah melalui konsep probabilitas. Misalnya statistik
  • Reliability Theory: menetapkan kepastian dengan mencermati stabilitas fakta/ evidensi yang berubah-ubah terhadap hipotesis


Inferensi --> penyimpulan (proses membuat kesimpulan)
- Inferensi dapat didefinisikan sebagai suatu proses penarikan konklusi dari satu atau lebih proporsi.
- Inferensi bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki bergerak ke pengetahuan baru.
- Penyimpulan bisa berupa "mengakui" atau "memungkiri" suatu kesatuan antara dua pernyataan.

Jenis Inferensi --> induktif
                          --> deduktif (langsung dan tidak langsung/ silogistik)

Inferensi Langsung: penarikan kesimpulan hanya dari 1 premis -> dasar pemikiran yang menjamin
                                                                                                             terbentuknya kesimpulan.
                                   kesimpulan: pernyataan yang dihasilkan sesuai dengan premis-premis yang 
                                                        tersedia dan berhubungan secara logis dengan pernyataan tersebut.

Inferensi Tidak Langsung: penarikan kesimpulan dengan menggunakan 2 premis

HUKUM INFERENSI:
  • Kalau premis-premis benar, maka kesimpulan benar
  • Kalau premis-premis salah, maka kesimpulan dapat salah, dapat kebetulan benar
  • Kalau kesimpulan salah, maka premis-premis juga salah
  • Kalau kesimpulan benar, maka premis-premisnya dapat benar, tapi dapat juga salah
Konstruksi Teori --> model/ kerangka pikiran yang menjelaskan fenomena alami
- Teori dirumuskan, dikembangkan, dievaluasi menurut metode alamiah
- Konstruksi teori dibangun dengan abstraksi generalisasi dan deduksi probabilistik dan apriori

2 Kutub Arti Teori
  1. Kutub 1: Teori sebagai hukum eksperimental. Misalnya Hukum Mendel
  2. Kutub 2: Teori sebagai hukum yang kerkualitas normal. Misalnya Teori Relativitas Einstein
Pengelompokan perkembangan ilmu pengetahuan dalam 3 periode: 
  • Animisme: fase percaya pada mitos
  • Ilmu empiris: tolok ukur ilmu paling sederhana adalah pengalaman, penemuan hubungan-hubungan, perkiraan kebenaran
  • Ilmu teoretis: gejala yang ditemukan dalam ilmu empiris diterangkan dalam kerangka pikiran 
3 Model Konstruksi Teori
  1. Model Korespondensi: kebenaran sesuatu dibuktikan dengan menemukan relevansinya dengan yang lain.
  2. Model Koherensi: sesuatu dipandang benar bila sesuai dengan moral tertentu. Mementingkan kesesuaian antara kebenaran obyektif dan kebenaran moral. Model ini digunakan dalam pendekatan fenomenologis.
  3. Model Paradigmatis: Konsep kebenaran ditata menurut pola hubungan yang beragam, menyederhanakan yang kompleks.
Aliran dalam Konstruksi Teori:
  • Reduksionisme: teori itu suatu pernyataan yang abstrak, tidak dapat diamati secara empiris, dan tidak dapat diuji langsung.
  • Instrumentalisme: teori adalah instrumen bagi pernyataan observasi agar terarah dan terkonstruksi.
  • Realisme: teori dianggap benar bila real, secara substantif ada, bukan fikif.

Sumber: PPT Pak MAW
                                             
     

Hari ke-4 blok Filsafat (sesi 1), 19-9-2014

Pertemuan ke-4 sesi 1  (Romo Carolus)

Subyektivisme dan Obyektivisme

Subyektivisme --> pengetahuan dipahami sebagai keyakinan yang diakui oleh individu.
                          --> pendukung pandangan ini: - Aristoteles, Plato, Rene Descartes
                                                                           - Kaum Solipsisme (solo ipse)
                                                                           - Kaum Realisme Epistemologis
                                                                           - Kaum Idealisme Epistemologis

Ciri-Ciri Subyektivisme: 

  • Menggagas pengetahuan sebagai suatu keadaan mental yang khusus
  • Pengalaman subyektif sebagai titik tolak pengetahuan dari data indrawi diri sendiri
  • Prinsip subyektif tentang alasan cukup, karena pengalaman bersifat personal


Tokoh: ~ Rene Descartes --> cogito ergo sum cogitans (saya berpikir maka saya adalah pengada
                                                                                           yang berpikir)
                                          --> berbicara mengenai "berpikir", tidak bermaksud secara eksklusif pada
                                                penalaran, tetapi melihat kehendak masuk dalam kegiatan "berpikir".

             ~ Realisme Epidemologis --> bahwa kesadaran menghubungkan saya dengan "apa yang lain"
                                                             dari diri saya.

             ~ Idealisme Epidemologis --> bahwa setiap tindakan mengetahui berakhir di dalam suatu ide,
                                                              yang merupakan suatu peristiwa subyektif murni.

-Descartes menolak skeptisme yang membawanya justru ke arah subyektivisme.
Sikap dasar skeptisisme adalah kita tidak pernah tahu tentang apapun. Menurut penganut skeptisisme mustahil manusia mencapai pengetahuan tentang sesuatu, atau paling kurang manusia tidak pernah merasa yakin apakah dirinya dapat mencapai pengetahuan tertentu.
-Descartes adalah seorang rasionalis, baginya rasio atau pikiran adalah satu-satunya sumber dan jaminan kebenaran pengetahuan
-Menurut Descartes bahwa Tuhan Yang Maha Kuasa dapat secara langsung memunculkan data-data indra dalam kesadaran kita tanpa harus ada "dunia luar" yang mendasarinya.
-Descartes ke dalam posisi ekstrim yang disebut Solipsisme (bahasa Latin antara Solus dan ipse --> ia sendiri pada dirinya).

Obyektivisme --> pandangan yang menekankan bahwa butir-butir pengetahuan manusia mempunyai
                               sifat dan ciri yang melampaui keyakinan dan kesadaran individu.
                        --> pengetahuan diperlakukan sebagai sesuatu yang berada diluar ketimbang didalam
                              pikiran manusia.
                        --> pandangan bahwa obyek yang kita persepsikan melalui perantara indra kita itu ada
                              dan bebas dari kesadaran manusia. Serta beranggapan pada tolak ukur suatu
                              gagasan berada pada obyeknya.
                        --> pendukung pandangan ini: - Popper
                                                                         - Latatox
                                                                         - Marx

3 Pandangan Dasar Obyektivisme:

  • Kebenaran itu independen terlepas dari pandangan subyektif
  • Kebenaran itu datang dari bukti faktual
  • Kebenaran hanya bisa didasari dari pengalaman indrawi

Pengetahuan dalam pengertian objektivis:

  1. Sepenuhnya independen dari klaim seseorang untuk mengetahuinya.
  2. Pengetahuan itu terlepas dari keyakinan seseorang atau kecenderungan untuk menyetujuinya atau memakainya untuk bertindak.
  3. Pengetahuan dalam pengertian objektivis: pengetahuan tanpa orang (ia adalah pengetahuan tanpa diketahui subjek).

- Objek itu bersifat "umum" dalam arti bahwa objek yang sama dapat dipersepsikan oleh pengamat
  yang jumlahnya tidak terbatas. Objek itu bersifat permanen.
- Para Filsuf Skolastik mengganggap perlu untuk memperbaiki beberapa keyakinan harian kita, yaitu
  meletakkan "kesalahan" pada indra.

Untuk mempercayai kebenaran kesaksian indrawi, syarat yang harus dipenuhi:

  • Obyek harus sesuai dengan jenis indra kita. Warna-warna inframerah tidak cocok bagi indra kita.
  • Organ indra harus normal dan sehat. Misalnya: buta, tuli, dll tidak dapat melakukan pengindraan secara objektif.
  • Karena objek ditangkap melalui medium, maka medium itu harus ada.
Perlu mengingat pembeda antara objek khusus dan objek umum.
~ Objek Khusus : data yang ditangkap hanya oleh satu indera. Misalnya warna, suara, bau.
~ Objek Umum : data yang dapat ditangkap oleh indera lebih dari satu. Misalnya keluasan dan
                              gerakan yang dapat dilihat dan diraba oleh indera lainnya.


Sumber: PPT Romo Carolus






Jumat, 19 September 2014

Hari ke-3 blok Filsafat (sesi 2), 18-9-2014

Pertemuan ke-3 sesi 2 blok Filsafat  (Pak MAW)

KEBENARAN --> menyiratkan bahwa kebenaran itu sangatlah penting dan berharga bagi kita.
~ Untuk menilai sifat/ kualitas dari suatu pernyataan/ makna pernyataan digunakan istilah benar-salah
~ Pengetahuan bisa dinyatakan benar/ salah, karena pada dasarnya merupakan gabungan dari sistem
   pernyataan.
~ Konsep tidak dapat dinyatakan benar/ salah. Hanya bisa dinilai jelas/ tidak. Begitu pula dengan
   persepsi. Yang bisa disebut benar/ salah adalah isi pernyataan tentang apa yang dipersepsikan.

Pengertian Kebenaran=

  • Kebenaran sebagai sifat pengetahuan disebut kebenaran epistemologis.
  • Secara umum kebenaran --> kesesuaian antara apa yang dipikirkan/ dinyatakan dengan kenyataan yang sesungguhnya.
  • Kata Yunani untuk kebenaran aletheia.
  • Pengertaian Plato tentang kebenaran --> "ketaktersembunyian adanya".
  • Selama kita terikat pada "yang ada" dan tidak masuk pada "adanya dari yang ada", kita belum berjumpa dengan kebenaran.
  • Dalam konsep Plato --> kebenaran terletak pada objek yang diketahui, atau pada apa yang dikejar untuk diketahui.
  • Aristoteles --> lebih memusatkan perhatian pada kualitas pernyataan yang dibuat oleh subyek ketika dirinya menegaskan suatu putusan entah secara afirmatif/ negatif. Dalam hal ini kebenaran dimengerti sebagai kesesuaian antara subyek dengan obyek yang diketahui.
Menurut Kaum Positivisme Logis, kebenaran dibedakan menjadi 2, yaitu:
  1. Kebenaran faktual: tentang ada tidaknya secara faktual di dunia nyata sebagaimana dialami manusia (secara indrawi). Mis: bumi bulat. Dan kepastiannya tidak pernah mutlak.
  2. Kebenaran nalar: bersifat tautologis (pengulangan gagasan) dan tidak menambah pengetahuan baru, tetapi dapat menjadi sarana memperoleh pengetahuan. Kebenaran yang terdapat pada logika matematika, dan bersifat mutlak.
Selain ke-2 jenis kebenaran yang diungkapkan oleh kaum Positive Logis, mengikuti Thomas Aquinas, maka kebenaran dibedakan menjadi 2, yaitu:
  1. Kebenaran Ontologis --> kebenaran yang terdapat dalam kenyataan, entah spiritual/ material.
  2. Kebenaran Logis --> kebenaran yang terdapat dalam akal budi manusia, dalam bentuk adanya kesesuaian antara akal budi dan kenyataan.
Kedudukan Kebenaran
  • Pandangan Platonis: diletakkan pada objek/ kenyataan yang diketahui.
  • Pandangan Aristotelian: subjek yang mengetahui.
  • Kaum Eksistensial: kebenaran merupakan apa yang secara pribadi berharga bagi subjek yang bersangkutan dan pantas untuk dipegang teguh.
  • Kebenaran ilmiah: bersifat eksternal terhadap subjek, maka kebenaran eksistensial bersifat internal terhadap subjek.
Kesahihan dan Kekeliruan
  • Pada umumnya kekeliruan berarti menerima sebagai benar apa yang dinyatakan salah, atau menyangkal apa yang sebenarnya benar.
  • kekeliruan adalah segala sesuatu yang menyangkut tindakan kognitif subjek penahu, sedangkan kesalahan adalah hasil dari tindakan tersebut.
  • kekeliruan muncul akibat kegagalan dalam mengidentifikasi bukti yang tepat, mengganggap bukti sudah mencukupi padahal belum.
  • 5 faktor penyebab kekeliruan=
    1. Sikap terburu-buru dan kurang perhatian
    2. Sikap takut salah yang keterlaluan
    3. Kerancuan/ kebingungan akibat emosi, frustasi
    4. Prasangka dan bias-bias
    5. kekeliruan dalam penalaran

Sumber: PPT Pak MAW

Hari ke-3 blok Filsafat (sesi 1), 18-9-2014

Pertemuan ke-3 sesi 1 oleh Romo Carolus Suharyanto

EPISTEMOLOGI

PENGANTAR
Epistemologi (bahasa Yunani) --> episteme (pengetahuan), logos (kata, pembicaraan, ilmu)
                                                 --> cabang filsafat yang berkaitan dengan asal, sifat, jenis pengetahuan


  • Epistemologi/ Teori pengetahuan yang berhubungan dengan hakikat dari ilmu pengetahuan, pengandaian, dasar serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh setiap manusia. Pengetahuan diperoleh manusia dari pancaindera dengan berbagai metode= metode induktif, deduktif, positivisme, kontemplatis, dialektis.
  • Metode- metode untuk memperoleh pengetahuan=
    1. Empirisme: metode dalam filsafat yang mendasarkan cara memperoleh pengetahuan melalui pengalaman. Tokoh: John Locke (bapak empirisme Britania) --> manusia pada awalnya seperti catatan kosong (tabula rasa).
    2. Rasionalisme: berpendirian bahwa sumber pengetahuan terletak pada akal. Para penganut rasionalisme yakin bahwa kebenaran dan kesesatan terletak di dalam ide kita, dan bukannya di dalam diri barang sesuatu. Tokoh: Rene Descartes --> cogito ergo sum (saya berpikir maka saya ada).
    3. Fenomenalisme: Kebenaran yang diperoleh dari gejala-gejala. Tokoh: Immanuel Kant     --> membuat uraian tentang pengalaman. Barang sesuatu sebagaimana terdapat dalam dirinya sendiri merangsang alat indrawi kita dan diterima oleh akal kita dalam bentuk pengalaman dan disusun secara sistematis dengan jalan penalaran. Bagi Kant para penganut empirisme benar bila berpendapat bahwa semua pengetahuan didasarkan pada pengalaman-meskipun benar hanya untuk sebagian. Tetapi para penganut rasionalisme juga benar, karena akal memaksakan bentuk-bentuknya sendiri terhadap barang sesuatu serta pengalaman.
  • Sifat Epistemologis
    1. Secara kritis: mempertanyakan/ menguji cara kerja, pendekatan, kesimpulan yang ditarik dalam kegiatan kognitif manusia.
    2. Secara normatif: menentukan tolok ukur/ norma penalaran tentang kebenaran pengetahuan.
    3. Secara evaluatif: menilai apakah suatu keyakinan, pendapat, suatu teori pengetahuan dapat dipertanggungjawabkan dan dijamin kebenarannya secara logis.
  • Dasar dan sumber pengetahuan= 
    1. Pengalaman manusia
    2. Ingatan
    3. Minat dan rasa ingin tahu
    4. Pikiran dan penalaran
    5. Logika 
    6. Bahasa
  • Struktur ilmu pengetahuan --> Adanya 2 kutub: S (kesadaran) dan O (objek). Hubungan antara S dan O menghasilkan pengetahuan.
  • Teori kebenaran dan ilmu pengetahuan
    1. Teori kebenaran korespondensi : apabila subjek yakin bahwa objek sesuai dengan kenyataannya.
    2. Teori kebenaran koherensi: kesesuaian pendapat dari beberapa subjek terhadap objek.
    3. Teori kebenaran pragmatik: yang bisa diaplikasikan, bila sesuatu memiliki kebenaran.
    4. Teori kebenaran konsensus: kesepakatan yang disertai alasan tertentu.
    5. Teori kebenaran semantik: apabila orang mengetahui dengan tepat tentang arti suatu kata.

Sumber: PPT Romo Carolus
                                                             

Rabu, 17 September 2014

Hari ke-2 blok Filsafat (sesi 2), 16-9-2014

Pertemuan ke-2 sesi 2 oleh Pak ROT

Pencabangan Filsafat

Pembagian Filsafat
~ Tahap awal = filsafat mencakup seluruh ilmu pengetahuan, lalu makin rasional dan sistematis
~ Pengetahuan manusia = makin luas dan makin banyak, tapi makin khusus
~ Disiplin ilmu memisahkan diri dari filsafat
~ Filsafat dibagi sesuai kelompok permasalahan, yang disebut cabang filsafat

Tokoh-tokoh yang berjasa membuat pencabangan filsafat
- Aristoteles
- Christian Wolff (1679-1754)
- Will Durant (The Story of Philosophy, 1926)
- Eerste Nederlandse Systematich Ingerichte Encyclopadie - ENSIE
- The World University Encyclopedia

Pembagian cabang filsafat secara umum

  • Epistemologi: Filsafat ilmu pengetahuan
  • Metafisika: Ontologi, kosmologi, Teologi metafisik, Antropologi
  • Logika: Ilmu berpikir kritis
  • Etika: Filsafat tingkah laku
  • Estetika: Filsafat keindahan
  • Aksiologi: Filsafat Nilai
  • Filsafat khusus: Filsafat pendidikan, agama, hukum, ekonomi, dll.



Epistemologi
- Etimologis: episteme (pengetahuan), logos (kata, pikiran, ilmu)
- Epistemologi: kata, pikiran tentang pengetahuan atau ilmu pengetahuan
- Pokok persoalan: sumber, asal mula, sifat dasar, batasan, validitas
- Pertanyaan: Apa sumber pengetahuan, apakah ia berasal dari pengamatan? Apakah ia suatu yang
  pasti atau dugaan?

Jenis pengetahuan
~ Pengetahuan memiliki subjek, yakni yang mengetahui, dan objek yaitu sesuatu yang kita ketahui
~ Pengetahuan bertautan erat dengan kebenaran
3 jenis pengetahuan= - Pengetahuan biasa --> hasil pemikiran rasional
                                   - Pengetahuan ilmiah --> diperoleh lewat metode ilmiah
                                   - Pengetahuan filsafat --> pemikiran rasional, analitis dan sistematis
~ Sumber-sumber pengetahuan= - Plato, Descartes, Spinoza
                                                     - Bacon, Hobbes, Locke
                                                     - Immanuel Kant

Adakah pengetahuan yang benar dan pasti?
Telah banyak filsuf berusaha menjawabnya= - Penganut skeptisisme
                                                                        - Phyrro (365-275 SM)
                                                                        - J. Wilkins (1614-1672) dan J. Glanvill (1636-1680)
                                                                        - David Hume (1711-1776)
                                                                        - Thomas Reid (1710-1796)
                                                                        - Albert Camus (1913-1960)

Kesahihan Pengetahuan
Beberapa teori kesahihan pengetahuan

  • Teori kesahihan koherensi: proposisi diakui sahih bila ia memiliki hubungan dengan gangguan proposisi sebelumnya yang sahih
  • Teori kesahihan korespondensi: pengetahuan sahih, bila proposisi bersesuaian dengan realitas, punya kaitan erat dengan kepastian indrawi
  • Teori kesahihan pragmatis: pengetahuan sahih bila proposisi punya kegunaan bagi yang memiliki pengetahuan
  • Teori kesahihan logikal: memiliki term berbeda, tapi berisi informasi sama dan tak perlu dibuktikan lagi, mis Siklus adalah lingkaran, lingkaran itu bulat => Lingkaran bulat tidak perlu lagi dibuktikan kebenarannya.


Metafisika
- Etimologis: meta ta physika = sesudah fisika. Istilah Andronikos dari Rhodes. Aristoteles sendiri
  menyebut filsafat pertama (metafisika) dan filsafat kedua (fisika).
- Beragam arti metafisika: ~ upaya mengkarakterisasi realitas sebagai keseluruhan
                                          ~ upaya menyelidiki apakah hakikat yang berada di balik realitas
                                          ~ (umum) pembahasan falsafati yang komprehensif mengenai seluruh
                                              realitas atau segala sesuatu yang ada
- Pembagian metafisika: metafisika umum (ontologi), metafisika khusus (kosmologi, teologi metafisik
  dan filsafat antropologi).

Metafisika Umum (Ontologi)
~ Membahas segala sesuatu yang ada secara menyeluruh dengan cara memisahkan eksistensi dari
   penampilan eksistensi itu.
~ Pertanyaan umum: apakah realitas yang tampak beraneka ragam itu pada hakekatnya satu?
~ 3 teori ontoligis:

  1. Idealisme: ada sesungguhnya berada di dunia ide, yang tampak nyata dalam alam indrawi hanyalah bayangan dari yang sesungguhnya. Tokohnya Berkeley (1685-1753), I. Kant (1724-1804), Hegel (1770-1831).
  2. Materialisme: menolak hal yang tak kelihatan. Ada yang sesungguhnya adalah yang keberadaannya semata-mata material. Realitas ialah alam kebendaan. Tokohnya Leukippos dan Demokritos (460-370 SM), Hobbes (1588-1679), L.A. Feuerbach (1804-1872).
  3. Dualisme: tipe fundamental substansi adalah materi (secara fisis) dan mental (tidak kelihatan secara fisis). Harus dibedakan dengan monoisme dan pluralisme.

Metafisika Khusus (Teologi Metafisik)
~ Kosmologi: kosmo (dunia/ketertiban), logos (kata, ilmu) -> percakapan tentang alam
~ Memandang alam sebagai totalitas dari fenomena. Yang disoroti ruang dan waktu, perubahan
~ Teologi metafisik: dikenal dengan theodicea yang membahas kepercayaan pada Allah di tengah
   realitas kejahatan yang merajalela di dunia.
~ Membahas eksistensi Allah lepas dari kepercayaan agama. tokoh I. Kant membuktikan Allah ada
   dengan bukti rasional sbb:

  • Argumen ontologis: semua manusia punya ide tentang Allah. Realitas lebih sempurna dari ide. Tuhan pasti ada dan realitas adanya pasti lebih sempurna dari ide manusia tentang Tuhan.
  • Argumen kosmologis: setiap akibat pasti punya sebab. Dunia adalah akibat. Penyebab adanya dunia ialah Tuhan.
  • Argumen teleologis: segala sesuatu ada tujuannya. Seluruh realitas tidak terjadi dengan sendirinya. Pengatur tujuan adalah Tuhan.
  • Argumen moral: manusia bermoral karena dapat membedakan yang baik dan buruk. Dasar dan sumber moralitas adalah Allah.
~ Filsafat Stoa: panteistis- segala sesuatu dijadikan oleh kekuatan ilahi/kekuatan alam. Spinoza
   melihat segala sesuatu yang ada adalah Allah. Skeptisisme sebaliknya meragukan adanya Allah.
~ David Hume: tidak ada bukti yang benar-benar sahih yang membuktikan Allah ada.
~ Feuerbach: religi tercipta oleh hakekat manusia sendiri, yakni egoisme.
~ F. Nietzche: konsep Allah dalam agama Kristen adalah buruk, karena Allah dianggap sebagai Allah
   yang lemah. Ia berkesimpulan Allah itu sudah mati.
~ Sigmund Freud: 3 fungsi Allah yang utama= - penguasa alam
                                                                            - agama mendamaikan manusia
                                                                            - Allah menjaga agar ketentuan dilaksanakan


Sumber: PPT Pak ROT                                                                      

Selasa, 16 September 2014

Hari ke-2 blok Filsafat (sesi 1), 16-9-2014

Pertemuan ke-2 sesi 1 oleh Pak MAW

  • Aksiologi berasal dari kata dalam bahasa Yunani, yaitu axios dan logos
  • Axios= nilai, logos= ilmu
  • Nilai berkaitan dengan kegunaan --> nilai moralitas, keindahan
  • Aksiologi merupakan cabang filsafat yang mempertanyakan bagaimana manusia menggunakan ilmunya
  • Aksiologi sebagai ilmu membicarakan tentang ilmu itu sendiri
  • Surisumantri --> aksiologi merupakan teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh.
  • Aksiologi = kajian tentang kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia
  • Pengetahuan manusia cukup luas, diharapkan memiliki aspek tepat guna bagi pemiliknya
  • Aksiologi membentu jawaban untuk apa pengetahuan dipergunakan dan bagaimana kaitan antara cara pengetahuan tersebut dengan kaidah nilai.
  • Nilai yang dimaksud dalam aksiologi dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai.
Fakta dan Nilai
~ Aksiologi membedakan "yang ada" dengan nilai, membedakan fakta dan nilai
~ Untuk menjelaskannya perlu dibedakan
     Fakta: sesuatu yang ada secara nyata, berlangsung begitu saja
     Nilai: sesuatu yang berlaku, sesuatu yang memikat
~ Nilai berperan dalam suasana apresiasi, sementara fakta ditemui dalam konteks deskripsi. Fakta 
   dapat dilukiskan secara objektif.
~ Fakta selalu mendahului nilai
~ Ada 3 ciri-ciri nilai= - nilai berkaitan dengan subjek
                                     - nilai tampil dalam konteks praktis
                                     - nilai menyangkut sifat yang ditambah oleh subjek pada sifat yang dimiliki 
                                       oleh objek
~Macam-macam nilai = - nilai ekonomis: berkaitan dengan hukum ekonomis
                                       - nilai estetis: saat menikmati lukisan, atau lagu yang indah


Nilai Moral
  • Yang membuat suatu nilai menjadi nilai moral adalah setiap nilai memperoleh bobot moral bila diikutsertakan dalam tingkah laku moral. Kejujuran sebagai nilai moral menjadi kosong, bila tidak diikutsertakan dengan nilai lain seperti nilai ekonomis.
  • Nilai dibagi dalam 4 kelompok= 
    1. Nilai yang menyangkut kesenangan dan ketidaksenangan terdapat dalam objek yang perpadanan dengan makhluk punya indera.
    2. Nilai-nilai vitalitas - perasaan halus, kasar, luhur, dll
    3. Nilai rohani seperti nilai estetis (bagus jelek) benar salah (tidak terikat dengan permasalahan inderawi)
    4. Nilai religius seperti yang kudus dan tidak kudus menyangkut objek absolut
  • Ada suatu hirarki dan pengelompokkan 4 nilai tersebut = nilai vital lebih tinggi dari nilai kesenangan, nilai rohani lebih tinggi dari nilai vital, dst.
  • Ciri-ciri nilai moral
    1. Berkaitan dengan tanggung jawab kita sebagai manusia
    2. Berkaitan dengan hati nurani 
    3. Mewajibkan, misalnya nilai moral mewajibkan secara absolut
    4. Bersifat formal: tidak ada nilai moral yang "murni" terlepas dari nilai lain
  • Nilai moral memiliki kekuatan besar yang memaksa untuk menerimanya, walaupun bertentangan dengan hasrat kecenderungan dan kepentingan pribadi kita.
Nilai Sebagai Kualitas yang Tidak Riil
- Nilai itu tidak ada untuk dirinya sendiri
- Nilai butuh pengemban untuk berada. Nilai tampak pada kita seolah-olah hanya merupakan kualitas 
  dari pengemban nilai: kegunaan dari peralatan.
- Jadi, nilai itu bukan merupakan benda atau unsur dari benda, melainkan sifat, kualitas yang dimiliki
  objek tertentu yang dikatakan 'baik'.

Pembagian Aksiologi
Aksiologi dibagi dalam 2 bagian, yaitu:

  1. Etika (Filsafat Etika)
  2. Estetika (Filsafat Keindahan)
~ Etika mengkaji tentang prinsip dan konsep yang mendasari penilaian terhadap perilaku manusia
~ Contohnya tindakan yang membedakan benar salah menurut moral, putusan moral bertindak
   sewenang-wenang
~ Etika digunakan untuk membedakan hal, perbuatan, atau manusia lainnya.
~ Etika sebagai filsafat yang memuat pendapat, norma, dan istilah moral
~ Etika sebagai aturan sopan santun dalam pergaulan
~ Estetika mengkaji tentang prinsip yang mendasari penilaian atas berbagai bentuk seni, yang
   mengkaji apa tujuan dan bagaimana cara kita bisa mengenal karya seni
~ Estetika berkenaan dengan nilai tentang pengalaman keindahan yang dimiliki manusia terhadap
   lingkungan dan fenomena di sekelilingnya.

Obyektivitas dan Subyektivitas Nilai

  • Nilai kadang bersifat obyektif, namun kadang bersifat subyektif
  • Dikatakan obyektif apabila nilai tidak tergantung pada subyek
  • Tolak ukur suatu gagasan berada pada obyeknya bukan pada subyek yang melakukan penilaian
  • Kebenaran tidak tergantung pada kebenaran pada pendapat individu melainkan pada obyektivitas fakta
  • Nilai menjadi subyektif apabila subyek berperan dalam memberikan penilaian
  • Dengan demikian, nilai subyektif selalu memerhatikan berbagai pandangan yang dimiliki akal budi manusia.

Peranan Nilai Bagi Kita

  1. Nilai merupakan objek sejati bagi tindakan manusia
  2. Nilai mengarahkan manusia dan memberi daya tarik bagi manusia dalam membentuk dirinya
  3. Menata hubungan sosial dalam masyarakat
  4. Memperkuat identitas kita sebagai manusia 


Sumber: PPT Pak MAW




Senin, 15 September 2014

Hari pertama blok filsafat, 15-9-2014

Yang dipelajari pada pertemuan pertama blok Filsafat: (pak MAW)


Apakah Filsafat Itu?

~Pengertian dan Definisi Filsafat  
Etimologi 'filsafat' Bahasa Yunani= philosophia-philos:kekasih/sahabat
                                                                            -sophia: kebijaksanaan/kearifan/pengetahuan
philosophia secara harafiah= mencintai kebijaksanaan/sahabat/pengetahuan.

~Beberapa Definisi Filsafat

  • Filsuf Pro-Sokratik: ilmu yang berupaya memahami hakikat/asal mula alam dan realitas dengan mengandalkan akal budi.
  • Plato: ilmu pengetahuan yang berusaha meraih kebenaran asli dan murni.
  • Aristoteles: ilmu pengetahuan yang senantiasa mencari prinsip dan penyebab realitas yang ada.
  • Rene Descartes-Filsuf Perancis: himpunan dari segala pengetahuan yang pangkal penyelidikannya adalah Tuhan, alam, dan manusia.
  • William James-Filsuf Amerika: suatu upaya yang luar biasa hebat untuk berpikir yang jelas dan terang.

~Asal mula filsafat, ada 4 hal= -kekaguman/keheranan (thaumasia)

                                                  -ketidakpuasan
                                                  -hasrat bertanya
                                                  -keraguan (aporia)

1. Kekaguman/keheranan

  • Aristoteles (Metafisika): karena kekaguman manusia mulai berfilsafat
  • Kekaguman punya 2 hal penting: ada yang kagum, dan sesuatu yang mengagumkan
  • Subjek: manusia
2. Ketidakpuasan

  • Sebelum filsafat lahir, mitos berperan besar
  • Keterangan mitos tidak memuaskan manusia
  • Ratio (berpikir kritis) meninggalkan peran mitos, dan lahirlah filsafat yang mencangkup seluruh ilmu pengetahuan
3. Hasrat Bertanya

  • Kekaguman melahirkan pertanyaan yang tak pernah habis
  • Pertanyaan membuat manusia melakukan pengamatan
  • Pertanyaan mengarah pada dasar dan hakikatnya
4. Keraguan

  • Manusia bertanya karena masih meragukan dari apa yang diketahui
~Sifat Dasar Filsafat= -berpikir radikal: berpikir mendalam untuk mencapai akar permasalahan
                                    -mencari asas: berupaya menemukan asas paling hakiki dari segala sesuatu
                                    -memburu kebenaran: dipersoalkan kembali untuk meraih kebenaran pasti
                                    -mencari kejelasan: untuk menghilangkan keraguan, guna meraih kejelasan
                                    -berpikir rasional: dengan ciri-ciri logis, sistematis, dan kritis

~Peranan Filsafat= -pendobrak: mendobrak pintu tradisi yang sakral dan tidak bisa diganggu gugat
                               -pembebas: membebaskan manusia dari cara berpikir yang mitis dan mistis
                               -pembimbing: membimbing manusia berpikir secara sistematis dan logis

~Kegunaan Filsafat

  • Bagi ilmu pengetahuan: sebagai induk ilmu pengetahuan tidak melahirkan dan mendewasakan ilmu pengetahuan.
  • Bagi kehidupan praktis: membantu manusia memahami apa arti, misalnya nilai keindahan dalam arsitektur.

Asal usul kata filsafat
- pertama kali digunakan oleh Pythagoras (abad 6 SM)
- dialog Plato 'Phaidros': orang bijaksana cocok untuk Dewa, sementara untuk manusia lebih cocok      'pecinta kebijaksanaan', karena pemilik kebijaksanaan melampaui kemampuan insani

~Faktor-faktor yang mempengaruhi lahirnya filsafat

  • Keberadaan mitologi: melalui mitos manusia mencari keterangan tentang asal usul alam semesta dan kejadian dunia. Ada 'mitos kosmogonis' (asal usul alam) dan 'mitos kosmologis' (sifat kejadian alam semesta).
  • Kesusastraan Yunani berupa amsal, teka-teki, dongeng, digunakan sebagai buku pendidikan
  • Pengaruh ilmu pengetahuan dari Timur kuno seperti Mesir dan Babilonia dalam astronomi, geometri

Peranan 'Logos' dalam kelahiran filsafat 

  1. Mitologi Yunani berusaha menjawab persoalan alam semesta
  2. Logos mengganti mitos --> sejak abad 6 SM orang mulai mencari jawaban rasional 
  3. Kelahiran filsafat merupakan pergumulan panjang antara mitos
  4. Filsafat lahir saat logos mengalahkan mitos. Namun filsafat dimaksud baik filsafat dan ilmu pengetahuan, karena filsafat --> pandangan rasional tentang segala-galanya.
  5. Berangsur-angsur ilmu pengetahuan melepaskan diri dari filsafat, agar memperoleh otonomi

Kaitan sifat bangsa Yunani dengan kelahiran filsafat

  • Segi geografis: daratan Yunani terdiri dari pegunungan gundul, maka mereka berusaha merantau. Perantauan bukanlah daerah jajahan, dan bukan negara persatuan, tetapi punya otonomi lengkap.
  • Segi sosial-politik: bangsa Yunani selalu merasa diri lain dari bangsa lain/asing (barbaros)
faktor penentu perbedaan bangsa Yunani dengan bangsa lain
- kemerdekaan --> tidak hidup di bawah pemerintahan yang mutlak
- hidup dalam polis (negara kecil)
- polis sebagai lembaga politik: pusat segala aktivitas ekonomi, politik
- polis sebagai latar belakang timbulnya filsafat

3 ciri polis= 1. dalam polis, logos mendapat kedudukan istimewa
                    2. suasana umum yang terbuka menandai kehidupan sosial di Yunani
                    3. pengorganisasian membuat semua warga sederajat


  • Segi kultural: bangsa pencipta filsafat, juga menghasilkan seni yang mengagumkan

SEJARAH FILSAFAT YUNANI
- Pemikiran Yunani merupakan batu bangunan untuk kultur modern
- Pemikiran ilmiah adalah temuan Yunani
- Filsafat Yunani kuno punya posisi istimewa karena disitulah ditemukan filsafat
- Ilmu sejarah menghadapi kesulitan terhadap filsafat Yunani kuno, karena kurangnya sumber tertulis pemikiran filsuf.


Sumber: PPT Pak MAW