Kamis, 25 September 2014

Hari ke-5 dan ke-6 blok Filsafat , 22-9-2014 dan 23-9-2014 -ralat-

Pertemuan ke-5 dan ke-6    (Romo Carolus)

ETIKA DAN MORAL

Pengertian Etika
Secara etimologis, etika berasal dari kata Yunani: Ethos=watak. Sedangkan moral berasal dari kata Latin: Mos (tunggal), moris (jamak)=kebiasaan. Jadi, etika atau moral dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai kesusilaan.
Objek Material dari etika adalah tingkah laku atau perbuatan manusia.
Objek Formal dari etika adalah kebaikan dan keburukan atau bermoral atau tidak bermoral dari tingkah laku tersebut.

Etika menurut Bertens

  1. Nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
  2. Kumpulan asas atau nilai moral 
  3. Ilmu tentang yang baik atau yang buruk
Etika dibedakan menjadi 2, yaitu:
~ Etika perangai = adat istiadat atau kebiasaan yang menggambarkan perangai manusia dalam hidup
   bermasyarakat di daerah-daerah tertentu, pada waktu tertentu pula.
~ Etika moral = berkenaan dengan kebiasaan berperilaku baik dan benar berdasarkan kodrat manusia.

Arti Etika
- Etika sebagai ilmu
- Etika sebagai kode etik
- Etika sebagai sistem nilai

Obyek Material dan Obyek Formal Etika

  • Objek Material: suatu hal yang dijadikan sasaran pemikiran, suatu hal yang diselidiki, atau suatu hal yang dipelajari. Objek material bisa bersifat konkret atau abstrak.
  • Objek Formal: cara memandang atau meninjau yang dilakukan seseorang peneliti terhadap objek materialnya serta prinsip-prinsip yang digunakan.
  • Objek Material Etika: tingkah laku atau perbuatan manusia (perbuatan yang dilakukan secara sadar dan bebas)
  • Objek Formal Etika: kebaikan dan keburukan, bermoral dan tidak bermoral dari tingkah laku tersebut.


Berdasarkan Kajian Ilmu
~ Etika Normatif = mempelajari secara kritis dan metodis norma-norma yang ada. Maka sebagai
   ilmu, etika bersifat kritis dan metodis.
~ Etika Fenomenologis = mempelajari secara kritis dan metodis gejala-gejala moral seperti suara hati,
   kesadaran moral, kebebasan tangung jawab, dsb.

Tujuan Belajar Etika
- Untuk menyamakan persepsi tentang penilaian perbuatan baik dan buruk bagi setiap manusia dalam
  ruang dan waktu tertentu.
- Sebagai ilmu, etika bersifat kritis dan metodis.

Sistematika Etika

  • De Vos (1987)
    1. Etika Deskriptif (sejarah kesusilaan, fenomenologi kesusilaan)
    2. Etika Normatif
  • K. Bertens (1993)
    1. Etika Deskriptif
    2. Etika Normatif (etika umum, etika khsus)
    3. Metaetika
  • Franz Magnis-Suseno (1991)
    1. Etika Umum
    2. Etika Khusus (etika individual, etika sosial)


Etika Deskriptif
~ Dalam etika deskriptif, etika membahas apa yang dipandangnya
~ Etika deskriptif melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas
~ Etika deskriptif mempelajari moralitas yang terdapat pada individu dan kebudayaan atau subkultur
   tertentu dalam suatu periode sejarah

Fenomenologi Kesusilaan
Fenomenologi = fenomenon + logos
fanomenon: sesuatu yang tampak, yang terlihat karena bercahaya (gejala)
logos: uraian, percakapan
Fenomenologi = uraian atau percakapan tentang fenomenon atau sesuatu yang sedang menampakan
                           diri atau sesuatu yang sedang menggejala.
ciri pokok fenomenologi adalah menghindarkan pemberian tanggapan mengenai kebenaran

Etika Normatif
~ Etika normatif tidak berbicara tentang gejala-gejala, tetapi tentang apa yang seharusnya dilakukan.
~ Etika normatif berbicara mengenai pelbagai norma yang menuntun tingkah laku manusia.
~ Etika normatif menentukan benar-tidaknya tingkah laku atau anggapan-anggapan moral.

METAETIKA
Meta (Yunani) = melebihi, malampaui, setelah, di luar, tentang.
Persoalan yang menyangkut metaetika adalah persoalan yang rumit. Pertanyaan tentang hakikat keadilan, hakikat ketidakadilan, bahkan hakikat kebaikan, kerap kali pertanyaan seperti ini tidak bisa dijawab secara memuaskan.

ETIKA UMUM
- Mempertanyakan prinsip-prinsip dasar yang berlaku bagi segenap tindakan manusia
- Berbicara mengenai kondisi dasar, teori etika yang menjadi pegangan bagi manusia dalam bertindak

ETIKA KHUSUS
- Membahas prisip-prinsip moral dasar dan hubungan dengan kewajiban manusia dalam lingkup
  kehidupannya
- Etika khusus bisa juga dikatakan sebagai "etika terapan"
- Etika khsus dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:
     ~ Etika individual, yaitu menyangkut kewajiban dan sifat manusia terhadap dirinya sendiri
     ~ Etika sosial, yaitu brbicara mengenai kewajiban, dan pola perilaku manusia


Etika Profesi --> etika sosial yang menyangkut hubungan antar manusia dalam satu lingkup profesi
                           dan masyarakat pengguna profesi tersebut.
ciri-ciri etika profesi:

  1. Adanya pengetahuan khusus
  2. Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi
  3. Mengabdi pada kepentingan masyarakat
  4. Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi
  5. Menjadi anggota dalam suatu profesi
prinsip-prinsip etika profesi:

  1. Tanggung jawab
  2. Keadilan
  3. Otonomi
tujuan kode etik:

  1. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi
  2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota
  3. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi
  4. Untuk meningkatkan mutu profesi
  5. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi
  6. Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi
  7. Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan erat
  8. Menentukan baku standarnya sendiri
Aliran Dalam Etika

  • Eudemonisme, menekankan bahwa kebaikan tertinggi manusia terletak pada kebahagiaan atau situasi yang secara umum baik.
  • Hedonisme, kebaikan manusia terletak pada kenikmatan dan kesenangan yang menjadi tujuan hidup.
  • Egoisme, kesenangan dan kebaikan diri sendiri menjadi target usaha seseorang dan bukan kebaikan orang lain.
  • Utilitarianisme, bentuk hedonisme yang tergeneralisir. 
  • Deontologisme, etika kewajiban yang didasarkan pada intuisi manusia tentang prinsip moral.
  • Etika situasi, kebenaran suatu tindakan ditentukan dalam situasi konkret individual.

Persoalan-Persoalan Dalam Praktek Etika

  1. Apa yang dimaksud 'baik' atau 'buruk' secara moral
  2. Apa syarat-syarat sesuatu perbuatan dikatakan baik secara moral
  3. Bagaimana hubungan antara kebebasan kehendak dengan perbuatan susila
  4. Apa yang dimaksud kesadaran moral
  5. Bagaimana peranan hati nurani dalam setiap perbuatan manusia
  6. Bagaimana pertimbangan moral berbeda dari dalam bergantung pada suatu pertimbangan yang bukan moral

Sumber: PPT : Romo Carolus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar